welcome to my blog SILVANA SIREGAR may be useful

MISDINAR




A.PENGERTIAN MISDINAR
Putra altar atau misdinar (yang berarti 'asisten misa' dari Bahasa  Belanda Misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi.
Pada awal mulanya seorang Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoran sebelum menjadi imam. Umumnya, misdinar itu laki-laki.Akan tetapi Putra Altar akan disebut "Misdinar" bila keputusan gereja untuk memperbolehkan perempuan sebagai Putera Altar. Bila tidak boleh maka dalam gereja tersebut akan dipanggil "Putri Altar" yang bertugas dalam bacaan-bacaan.
Tugas misdinar antara lain membantu Imam, mengantar persembahan, menuangkan air putih dan anggur serta membawa air cuci tangan Imam, dan menjadi panutan umat. Per periodenya (setiap gereja berbeda-beda), akan masuk para Misdinar baru, tentu saja melalui seleksi dan latihan/training dari senior angkatan sebelumnya (beberapa gereja memiliki pengurus misdinar yang membimbing para calon misdinar). Misdinar juga bertujuan selain membantu dalam perayaan ekaristi juga untuk memperkuat iman pribadi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pribadi seperti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), Retret, Out Bond, dan tidak Lupa Wisata Rohani. Tentu saja organisasi Misdinar tidak kalah maju dan pentingnya bagi anak anda dalam pengembangan iman Katolik.
Prahsyarat untuk menjadi misdinar:
  • Beragama Katolik
  • Sudah menerima Komuni Pertama (di beberapa paroki min. kelas 1 SMP)
  • Maximum usia 21 tahun (di beberapa paroki max. kelas 12 SMA)
  • Tidak ada unsur paksaan
  • Rajin dan setia dalam bertugas
  • Mengetahui prosedur Perayaan Ekaristi
  • Mengetahui peralatan Ekaristi (antara lain lilin, sibori, korporal, kaliks/piala, turibulum/pendupaan, vandel,ampul dan lain-lain) yang akan diajarkan saat pelatihan Misdinar baru.
  • usia lanjut dapat juga bertugas sebagai pelatih atau pembimbing misdinar
  • belum menikah

TATA CARA DAN BUSANA

a. Misa Biasa (Misa Harian, Misa Minggu Biasa, Misa Minggu dalam Oktaf Paskah dan Natal)

1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar. Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
      1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
      1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
            penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.

2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.

3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar berdiri di sisi kiri dan kanan imam, tetapi tidak terlalu dekat, dengan memegang lilin bernyala, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.

4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.

5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).

6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.

7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
    Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.

8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
    Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.

9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.

10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa. 

11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami.

12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.

13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.

14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.

15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.

16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.

17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.

b. Misa Hari Raya (Pesta, Peringatan, Minggu Paskah dan Natal)

1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Urutan perarakan dari depan ke belakang :
Misdinar pembawa wiruk - misdinar pembawa dupa - misdinar pembawa salib - misdinar pembawa lilin bernyala - petugas liturgi - prodiakon (jika ada) - imam.
Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut, kecuali pembawa salib (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar.
Setelah imam mencium altar, misdinar pembawa wiruk dan dupa naik ke daerah altar. Pembawa wiruk membuka wiruk setinggi dada dan pembawa dupa membukakan tempat dupa yang dibawa agar imam dapat memasukkan dupa ke dalam wiruk untuk menimbulkan kepulan asap. Setelah imam menaburkan dupa ke dalam wiruk, pembawa wiruk menutup kembali wiruk dan menyerahkannya kepada imam agar imam dapat mendupai altar dan salib, sambil ujung kasula bagian belakang dipegang oleh misdinar pembawa wiruk.
Setelah imam selesai mendupai, wiruk diberikan kembali kepada misdinar dan kemudian misdinar mendupai imam dengan aturan 2 kali ayunan wiruk ke 3 arah yakni kiri, tengah, dan kanan (duplex trictibus). Setelah selesai mendupai, misdinar kembali turun ke bawah altar.
Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
      1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
      1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
            penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.

2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.

3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Bersamaan dengan kedua orang misdinar yang mengambil lilin bernyala, dua orang misdinar lain juga mengambil wiruk dan dupa. Setelah sampai di bawah altar, keempat misdinar berlutut atau menundukkan kepala. Kemudian kedua misdinar pemegang wiruk dan dupa naik ke daerah altar sementara kedua misdinar pemegang lilin bernyala tetap di bawah altar. Pemegang wiruk membukakan wiruk bagi imam untuk mengisikan dupa. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar pemegang lilin bernyala berdiri di sisi kiri dan kanan imam, sementara pembawa wiruk dan dupa berdiri di kanan atau belakang imam, tetapi tidak terlalu dekat, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala dan pembawa wiruk serta dupa kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala beserta wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.

4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Pada saat yang bersamaan, dua orang misdinar mengambil wiruk dan dupa, kemudian turun ke bawah altar untuk berlutut atau menundukkan kepala untuk menghormati simbol Kristus. Mereka kemudian naik ke daerah altar dan menunggu sampai imam selesai menuangkan anggur dan air ke dalam cawan piala. Pembawa wiruk kemudian membukakan wiruk untuk diisikan dupa oleh imam dan kemudian menyerahkan wiruk kepada imam agar imam dapat mendupai bahan-bahan persembahan, altar, dan salib; yang pada saat imam mendupai, pemegang wiruk memegang ujung belakang kasula imam. Setelah imam selesai mendupai, wiruk dikembalikan kepada pemegang wiruk untuk kemudian mendupai imam. Setelah mendupai imam, pemegang wiruk dan pembawa dupa bergerak ke altar bagian depan, untuk mendupai umat dengan terlebih dahulu menghormat kepada umatdengan pedoman pedupaan sama seperti bagian pembukaan Misa.
Setelah selesai mendupai umat, misdinar pembawa wiruk dan dupa turun ke bawah altar untuk berlutut atau menghormat dan kemudian mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.

5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).

6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.

7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
    Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.

8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
    Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.

9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat jeda ketika imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi, persisnya dua kali melonceng. Hal ini karena pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus ke tiga arah, akan ada pedupaan sehingga bunyi wiruk dan lonceng atau gong tidak saling bertubrukan yang hanya akan merusak keagungan Ekaristi itu sendiri.
Dengan demikian, pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus kepada umat, misdinar pemegang wiruk mendupai Tubuh dan Darah Kristus dengan aturan triplex trictibus. Aturan ini berarti mengayunkan 3 (tiga) kali wiruk untuk masing-masing arah kiri, tengah, dan kanan sehingga jika dijumlahkan akan ada 3 ayunan.
Alasan penggunaan 3 kali ayunan untuk masing-masing arah adalah kali ini misdinar mendupai Kristus sendiri yang adalah Tuhan sendiri. Hal ini berbeda dengan pengayunan wiruk 2 kali untuk masing-masing arah yang digunakan untuk menghormati simbol-simbol Kristus yang hadir dalam Misa.

Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.

10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa. 

11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami. Namun, pada saat doa Bapa Kami dimulai, misdinar pemegang wiruk dan dupa beranjak dari tempat untuk mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya dengan terlebih dahulu hanya menundukkan kepala untuk menghormati Kristus yang hadir. Setelah mengembalikan wiruk dan dupa, mereka kembali turun ke bawah altar, bergabung dengan misdinar yang lain.

12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.

13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.

14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.

15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.

16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.

17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
Catatan : Pada perarakan pulang, hanya salib yang dibawa.


c. Misa Pekan Suci
    c.1 Misa Minggu Palma
      Secara garis besar, pada Misa Minggu Palma ada dua bagian yakni bagianperarakan, untuk mengenang perarakan Kristus masuk ke Yerusalem dan bagian Misa itu sendiri. Bagian perarakan biasanya dimulai di luar gedung gereja atau kapel, yakni dimulai dari awal Misa sampai ke bagian terakhir Ritus Pembuka. Sehingga pada umumnya, tugas misdinar di Misa Minggu Palma, sama seperti Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan terletak pada pendupaan daun-daun palma dan urutan perarakan ke dalam gedung gereja. Perarakan Minggu Palma ke dalam gedung gereja biasanya sebagai berikut :
1. Umat
2. Paduan suara
3. Misdinar
4. Petugas liturgi
5. Imam
Kemudian, mulai dari bagian Liturgi Sabda sampai Misa berakhir, tugas misdinar sama persis dengan tugas pada saat Misa Hari Raya.

    c.2 Misa Kamis Putih
      Misa Kamis Putih sering juga disebut sebagai Misa Peringatan Perjamuan Tuhan karena pada hari sebelum sengsara-Nya, Kristus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya untuk memberikan teladan kasih bagi mereka. Selain itu, Kamis Putih juga peringatan akan kelahiran Gereja sendiri karena pada saat itu Ekaristi diberikan kepada dunia oleh Kristus sendiri.
Pada Misa Kamis Putih, tugas misdinar sama dengan tugas-tugas pada Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan yang diberikan adalah membantu imam dalam ritus Pembasuhan Kaki.
Ritus ini sendiri dilakukan setelah imam memberikan homili. Para wakil umat yang menggantikan para rasul untuk dibasuh kakinya, maju ke tempat yang sudah disediakan oleh para misdinar. Kemudian, seorang misdinar membantu imam untuk melepaskan kasula dan stola, serta meletakkannya di altar. Misdinar lain bertugas menyiapkan wadah pembasuhan berisi air dan kain putih untuk mengeringkan kaki para wakil umat. Untuk bagian-bagian Misa yang lain sampai pada Misa selesai, tugas misdinar cukup merujuk pada poin (b).
Sedangkan untuk perarakan masuk dan pulang, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa salib
2. Misdinar lainnya
3. Petugas liturgi
4. Para wakil umat
5. Imam
Tambahan tugas lain adalah pada saat Perarakan Sakramen Maha Kudus. Pada bagian ini, misdinar mengenakan velum kepada imam dan memberikan dupa kepada imam untuk mengisikannya ke dalam wiruk. Pada saat perarakan, misdinar mendupai Sakramen Maha Kudus (walaupun sebenarnya, yang didupai adalah jalan di depan Sakramen Maha Kudus dengan maksud menyucikan jalan Tuhan). Pada saat imam berhenti untuk memperlihatkan Tuhan kepada umat, pendupaan dihentikan dan digantikan dengan membunyikan alat dari kayu (keprak) sebagai ganti dari lonceng. Akhir dari perarakan ditandai dengan penahtaan Sakramen Maha Kudus pada tempat yang telah disediakan (bukan tabernakel) dan pada bagian ini, Sakramen Maha Kudus didupai sekali lagi oleh imam.

    c.3 Ibadat Jumat Agung
         Jumat Agung adalah saat ketika Gereja Katolik mengenangkan sengsara Tuhan sendiri. Oleh karena itu, pada Jumat Agung tidak diadakan Misa karena pada hari itu Gereja mengenangkan Tuhan sendiri yang langsung mengurbankan diri di salib. Berikut tugas misdinar, mungkin ada beberapa bagian yang kurang, dalam Ibadat Jumat Agung :
1. Perarakan
2. Setelah sampai di depan altar, imam akan langsung tiarap ke lantai, tanda penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus yang pada hari itu dikenangkan telah mengurbankan diri di salib.
3. Imam kemudian memimpin ibadat dari kursi imam. Pada ibadat Jumat Agung tidak ada Liturgi Ekaristi, hanya ada pembagian Komuni sehingga tugas misdinar terbatas pada membawa lilin bernyala untuk mendampingi pembagian Komuni.
Sedangkan pada bagian Ritus Penghormatan Salib, tidak selamanya misdinar yang membawa salib yang akan dihormati oleh umat. Namun, apabila misdinar yang diminta untuk membawa salib, berikut penjelasan tugasnya.
Sebelum ritus penghormatan Salib dimulai, akan ada penghunjukan salib kepada umat yang akan berhenti di tiga titik, yang biasanya titik pintu depan gereja, titik tengah, dan di bawah altar. Setiap berhenti, misdinar mengangkat salib tinggi-tinggi untuk dibuka selubungnya oleh imam, begitu seterusnya. Namun ketika imam telah membuka semua selubung di bawah altar, misdinar harus mengangkat salib lebih tinggi dari sebelumnya saat imam membuka selubung.

    c.4 Misa Sabtu Suci
          Pada Misa Sabtu Suci, misdinar tetap harus berpedoman pada tata laksana tugas misdinar pada Misa Hari Raya, dengan tambahan mempelajari ritus-ritus tambahan pada Misa Sabtu Suci. Ritus-ritus tersebut adalah :
a. Ritus Cahaya
    Ritus Cahaya dimasukkan dalam Ritus Pembuka dalam Misa. Imam, misdinar, dan para petugas liturgi berkumpul di luar gedung gereja atau kapel, yang sebelumnya semua cahaya baik di dalam maupun di luar gedung gereja atau kapel telah dimatikan, kecuali lampu atau lilin di tabernakel.
Imam pertama-tama akan menandai lilin Paskah yakni denganmenggariskan salib di lilin paskah, menandai lambang Alpha dan Omega, serta menancapkan 5 biji dupa ke lilin paskah. 
Kemudian imam akan memberkati api yang telah disediakan untuk kemudian mengambil arang bernyala dan meletakkannya dalam wiruk.
Setelah ini, dilakukan perarakan lilin Paskah dengan tiga kali pemberhentian yang di masing-masing pemberhentian, lilin Paskah diangkat dan diserukan "Kristus, Cahaya Dunia".

b. Ritus Pembaharuan Janji Baptis
    Ritus ini sama seperti pada Misa Kamis Putih.

c. Ritus Pembaptisan (opsional)
    
d. Misa Malam Natal
    Pada dasarnya, sama seperti bagian (b), namun perbedaannya terletak pada tambahan ritus Pembaharuan Janji Baptis serta ritus-ritus lain yang bertujuan untuk menekankan pengharapan iman umat akan kelahiran Kristus, yang ditandai dengan penyalaan lilin-lilin umat.
e. Misa bersama Uskup
     Pada Misa bersama Uskup, tata laksana tugas misdinar sama seperti bagian (b). Perbedaannya hanya terletak pada tambahan tugas bagi seorang misdinar untuk memegang tongkat uskup sambil mengenakan velum, dikarenakan yang dipegang adalah tanda penggembalaan umat.

Sampah



A.Pengertian Sampah


Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :

1.Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

2.Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya. 

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar. 

B.Jenis-jenis Sampah

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampahninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1.Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2.Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( refuse) karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya. 

Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan yaitu:
a. Dampak terhadap kesehatan 

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

-Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

-Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

-Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.


b. Dampak terhadap lingkungan 

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

-Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).

-Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.


Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).

-Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.

-Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.

-Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan. 

Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di perlukan upaya untukmengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (darihulu) adalah menerapkan prinsip 3R.

C.Teknik Pengolahan Sampah

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat.
Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan. Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

bagaimana pendapat anda mengenai blog saya?

Pages