A.PENGERTIAN MISDINAR
Putra altar atau misdinar (yang berarti 'asisten misa' dari Bahasa Belanda Misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi.
Pada awal mulanya seorang Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoran sebelum menjadi imam. Umumnya, misdinar itu laki-laki.Akan tetapi Putra Altar akan disebut "Misdinar" bila keputusan gereja untuk memperbolehkan perempuan sebagai Putera Altar. Bila tidak boleh maka dalam gereja tersebut akan dipanggil "Putri Altar" yang bertugas dalam bacaan-bacaan.
Tugas misdinar antara lain membantu Imam, mengantar persembahan, menuangkan air putih dan anggur serta membawa air cuci tangan Imam, dan menjadi panutan umat. Per periodenya (setiap gereja berbeda-beda), akan masuk para Misdinar baru, tentu saja melalui seleksi dan latihan/training dari senior angkatan sebelumnya (beberapa gereja memiliki pengurus misdinar yang membimbing para calon misdinar). Misdinar juga bertujuan selain membantu dalam perayaan ekaristi juga untuk memperkuat iman pribadi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pribadi seperti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), Retret, Out Bond, dan tidak Lupa Wisata Rohani. Tentu saja organisasi Misdinar tidak kalah maju dan pentingnya bagi anak anda dalam pengembangan iman Katolik.
Prahsyarat untuk menjadi misdinar:
- Beragama Katolik
- Sudah menerima Komuni Pertama (di beberapa paroki min. kelas 1 SMP)
- Maximum usia 21 tahun (di beberapa paroki max. kelas 12 SMA)
- Tidak ada unsur paksaan
- Rajin dan setia dalam bertugas
- Mengetahui prosedur Perayaan Ekaristi
- Mengetahui peralatan Ekaristi (antara lain lilin, sibori, korporal, kaliks/piala, turibulum/pendupaan, vandel,ampul dan lain-lain) yang akan diajarkan saat pelatihan Misdinar baru.
- usia lanjut dapat juga bertugas sebagai pelatih atau pembimbing misdinar
- belum menikah
TATA CARA DAN BUSANA
a. Misa Biasa (Misa Harian, Misa Minggu Biasa, Misa Minggu dalam Oktaf Paskah dan Natal)
1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar. Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.
2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.
3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar berdiri di sisi kiri dan kanan imam, tetapi tidak terlalu dekat, dengan memegang lilin bernyala, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.
4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.
5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).
6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.
7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.
8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.
9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.
10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa.
11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami.
12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.
13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.
14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.
15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.
16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.
17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
b. Misa Hari Raya (Pesta, Peringatan, Minggu Paskah dan Natal)
1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Urutan perarakan dari depan ke belakang :
Misdinar pembawa wiruk - misdinar pembawa dupa - misdinar pembawa salib - misdinar pembawa lilin bernyala - petugas liturgi - prodiakon (jika ada) - imam.
Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut, kecuali pembawa salib (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar.
Setelah imam mencium altar, misdinar pembawa wiruk dan dupa naik ke daerah altar. Pembawa wiruk membuka wiruk setinggi dada dan pembawa dupa membukakan tempat dupa yang dibawa agar imam dapat memasukkan dupa ke dalam wiruk untuk menimbulkan kepulan asap. Setelah imam menaburkan dupa ke dalam wiruk, pembawa wiruk menutup kembali wiruk dan menyerahkannya kepada imam agar imam dapat mendupai altar dan salib, sambil ujung kasula bagian belakang dipegang oleh misdinar pembawa wiruk.
Setelah imam selesai mendupai, wiruk diberikan kembali kepada misdinar dan kemudian misdinar mendupai imam dengan aturan 2 kali ayunan wiruk ke 3 arah yakni kiri, tengah, dan kanan (duplex trictibus). Setelah selesai mendupai, misdinar kembali turun ke bawah altar.
Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.
2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.
3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Bersamaan dengan kedua orang misdinar yang mengambil lilin bernyala, dua orang misdinar lain juga mengambil wiruk dan dupa. Setelah sampai di bawah altar, keempat misdinar berlutut atau menundukkan kepala. Kemudian kedua misdinar pemegang wiruk dan dupa naik ke daerah altar sementara kedua misdinar pemegang lilin bernyala tetap di bawah altar. Pemegang wiruk membukakan wiruk bagi imam untuk mengisikan dupa. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar pemegang lilin bernyala berdiri di sisi kiri dan kanan imam, sementara pembawa wiruk dan dupa berdiri di kanan atau belakang imam, tetapi tidak terlalu dekat, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala dan pembawa wiruk serta dupa kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala beserta wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.
4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Pada saat yang bersamaan, dua orang misdinar mengambil wiruk dan dupa, kemudian turun ke bawah altar untuk berlutut atau menundukkan kepala untuk menghormati simbol Kristus. Mereka kemudian naik ke daerah altar dan menunggu sampai imam selesai menuangkan anggur dan air ke dalam cawan piala. Pembawa wiruk kemudian membukakan wiruk untuk diisikan dupa oleh imam dan kemudian menyerahkan wiruk kepada imam agar imam dapat mendupai bahan-bahan persembahan, altar, dan salib; yang pada saat imam mendupai, pemegang wiruk memegang ujung belakang kasula imam. Setelah imam selesai mendupai, wiruk dikembalikan kepada pemegang wiruk untuk kemudian mendupai imam. Setelah mendupai imam, pemegang wiruk dan pembawa dupa bergerak ke altar bagian depan, untuk mendupai umat dengan terlebih dahulu menghormat kepada umat, dengan pedoman pedupaan sama seperti bagian pembukaan Misa.
Setelah selesai mendupai umat, misdinar pembawa wiruk dan dupa turun ke bawah altar untuk berlutut atau menghormat dan kemudian mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.
5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).
6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.
7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.
8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.
9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat jeda ketika imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi, persisnya dua kali melonceng. Hal ini karena pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus ke tiga arah, akan ada pedupaan sehingga bunyi wiruk dan lonceng atau gong tidak saling bertubrukan yang hanya akan merusak keagungan Ekaristi itu sendiri.
Dengan demikian, pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus kepada umat, misdinar pemegang wiruk mendupai Tubuh dan Darah Kristus dengan aturan triplex trictibus. Aturan ini berarti mengayunkan 3 (tiga) kali wiruk untuk masing-masing arah kiri, tengah, dan kanan sehingga jika dijumlahkan akan ada 3 ayunan.
Alasan penggunaan 3 kali ayunan untuk masing-masing arah adalah kali ini misdinar mendupai Kristus sendiri yang adalah Tuhan sendiri. Hal ini berbeda dengan pengayunan wiruk 2 kali untuk masing-masing arah yang digunakan untuk menghormati simbol-simbol Kristus yang hadir dalam Misa.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.
10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa.
11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami. Namun, pada saat doa Bapa Kami dimulai, misdinar pemegang wiruk dan dupa beranjak dari tempat untuk mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya dengan terlebih dahulu hanya menundukkan kepala untuk menghormati Kristus yang hadir. Setelah mengembalikan wiruk dan dupa, mereka kembali turun ke bawah altar, bergabung dengan misdinar yang lain.
12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.
13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.
14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.
15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.
16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.
17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
Catatan : Pada perarakan pulang, hanya salib yang dibawa.
c. Misa Pekan Suci
c.1 Misa Minggu Palma
Secara garis besar, pada Misa Minggu Palma ada dua bagian yakni bagianperarakan, untuk mengenang perarakan Kristus masuk ke Yerusalem dan bagian Misa itu sendiri. Bagian perarakan biasanya dimulai di luar gedung gereja atau kapel, yakni dimulai dari awal Misa sampai ke bagian terakhir Ritus Pembuka. Sehingga pada umumnya, tugas misdinar di Misa Minggu Palma, sama seperti Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan terletak pada pendupaan daun-daun palma dan urutan perarakan ke dalam gedung gereja. Perarakan Minggu Palma ke dalam gedung gereja biasanya sebagai berikut :
1. Umat
2. Paduan suara
3. Misdinar
4. Petugas liturgi
5. Imam
Kemudian, mulai dari bagian Liturgi Sabda sampai Misa berakhir, tugas misdinar sama persis dengan tugas pada saat Misa Hari Raya.
c.2 Misa Kamis Putih
Misa Kamis Putih sering juga disebut sebagai Misa Peringatan Perjamuan Tuhan karena pada hari sebelum sengsara-Nya, Kristus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya untuk memberikan teladan kasih bagi mereka. Selain itu, Kamis Putih juga peringatan akan kelahiran Gereja sendiri karena pada saat itu Ekaristi diberikan kepada dunia oleh Kristus sendiri.
Pada Misa Kamis Putih, tugas misdinar sama dengan tugas-tugas pada Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan yang diberikan adalah membantu imam dalam ritus Pembasuhan Kaki.
Ritus ini sendiri dilakukan setelah imam memberikan homili. Para wakil umat yang menggantikan para rasul untuk dibasuh kakinya, maju ke tempat yang sudah disediakan oleh para misdinar. Kemudian, seorang misdinar membantu imam untuk melepaskan kasula dan stola, serta meletakkannya di altar. Misdinar lain bertugas menyiapkan wadah pembasuhan berisi air dan kain putih untuk mengeringkan kaki para wakil umat. Untuk bagian-bagian Misa yang lain sampai pada Misa selesai, tugas misdinar cukup merujuk pada poin (b).
Sedangkan untuk perarakan masuk dan pulang, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa salib
2. Misdinar lainnya
3. Petugas liturgi
4. Para wakil umat
5. Imam
Tambahan tugas lain adalah pada saat Perarakan Sakramen Maha Kudus. Pada bagian ini, misdinar mengenakan velum kepada imam dan memberikan dupa kepada imam untuk mengisikannya ke dalam wiruk. Pada saat perarakan, misdinar mendupai Sakramen Maha Kudus (walaupun sebenarnya, yang didupai adalah jalan di depan Sakramen Maha Kudus dengan maksud menyucikan jalan Tuhan). Pada saat imam berhenti untuk memperlihatkan Tuhan kepada umat, pendupaan dihentikan dan digantikan dengan membunyikan alat dari kayu (keprak) sebagai ganti dari lonceng. Akhir dari perarakan ditandai dengan penahtaan Sakramen Maha Kudus pada tempat yang telah disediakan (bukan tabernakel) dan pada bagian ini, Sakramen Maha Kudus didupai sekali lagi oleh imam.
c.3 Ibadat Jumat Agung
Jumat Agung adalah saat ketika Gereja Katolik mengenangkan sengsara Tuhan sendiri. Oleh karena itu, pada Jumat Agung tidak diadakan Misa karena pada hari itu Gereja mengenangkan Tuhan sendiri yang langsung mengurbankan diri di salib. Berikut tugas misdinar, mungkin ada beberapa bagian yang kurang, dalam Ibadat Jumat Agung :
1. Perarakan
2. Setelah sampai di depan altar, imam akan langsung tiarap ke lantai, tanda penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus yang pada hari itu dikenangkan telah mengurbankan diri di salib.
3. Imam kemudian memimpin ibadat dari kursi imam. Pada ibadat Jumat Agung tidak ada Liturgi Ekaristi, hanya ada pembagian Komuni sehingga tugas misdinar terbatas pada membawa lilin bernyala untuk mendampingi pembagian Komuni.
Sedangkan pada bagian Ritus Penghormatan Salib, tidak selamanya misdinar yang membawa salib yang akan dihormati oleh umat. Namun, apabila misdinar yang diminta untuk membawa salib, berikut penjelasan tugasnya.
Sebelum ritus penghormatan Salib dimulai, akan ada penghunjukan salib kepada umat yang akan berhenti di tiga titik, yang biasanya titik pintu depan gereja, titik tengah, dan di bawah altar. Setiap berhenti, misdinar mengangkat salib tinggi-tinggi untuk dibuka selubungnya oleh imam, begitu seterusnya. Namun ketika imam telah membuka semua selubung di bawah altar, misdinar harus mengangkat salib lebih tinggi dari sebelumnya saat imam membuka selubung.
c.4 Misa Sabtu Suci
Pada Misa Sabtu Suci, misdinar tetap harus berpedoman pada tata laksana tugas misdinar pada Misa Hari Raya, dengan tambahan mempelajari ritus-ritus tambahan pada Misa Sabtu Suci. Ritus-ritus tersebut adalah :
a. Ritus Cahaya
Ritus Cahaya dimasukkan dalam Ritus Pembuka dalam Misa. Imam, misdinar, dan para petugas liturgi berkumpul di luar gedung gereja atau kapel, yang sebelumnya semua cahaya baik di dalam maupun di luar gedung gereja atau kapel telah dimatikan, kecuali lampu atau lilin di tabernakel.
Imam pertama-tama akan menandai lilin Paskah yakni denganmenggariskan salib di lilin paskah, menandai lambang Alpha dan Omega, serta menancapkan 5 biji dupa ke lilin paskah.
Kemudian imam akan memberkati api yang telah disediakan untuk kemudian mengambil arang bernyala dan meletakkannya dalam wiruk.
Setelah ini, dilakukan perarakan lilin Paskah dengan tiga kali pemberhentian yang di masing-masing pemberhentian, lilin Paskah diangkat dan diserukan "Kristus, Cahaya Dunia".
b. Ritus Pembaharuan Janji Baptis
Ritus ini sama seperti pada Misa Kamis Putih.
c. Ritus Pembaptisan (opsional)
d. Misa Malam Natal
Pada dasarnya, sama seperti bagian (b), namun perbedaannya terletak pada tambahan ritus Pembaharuan Janji Baptis serta ritus-ritus lain yang bertujuan untuk menekankan pengharapan iman umat akan kelahiran Kristus, yang ditandai dengan penyalaan lilin-lilin umat.
e. Misa bersama Uskup
Pada Misa bersama Uskup, tata laksana tugas misdinar sama seperti bagian (b). Perbedaannya hanya terletak pada tambahan tugas bagi seorang misdinar untuk memegang tongkat uskup sambil mengenakan velum, dikarenakan yang dipegang adalah tanda penggembalaan umat.
1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar. Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.
2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.
3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar berdiri di sisi kiri dan kanan imam, tetapi tidak terlalu dekat, dengan memegang lilin bernyala, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.
4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.
5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).
6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.
7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.
8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.
9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.
10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa.
11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami.
12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.
13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.
14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.
15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.
16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.
17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
b. Misa Hari Raya (Pesta, Peringatan, Minggu Paskah dan Natal)
1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Urutan perarakan dari depan ke belakang :
Misdinar pembawa wiruk - misdinar pembawa dupa - misdinar pembawa salib - misdinar pembawa lilin bernyala - petugas liturgi - prodiakon (jika ada) - imam.
Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut, kecuali pembawa salib (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar.
Setelah imam mencium altar, misdinar pembawa wiruk dan dupa naik ke daerah altar. Pembawa wiruk membuka wiruk setinggi dada dan pembawa dupa membukakan tempat dupa yang dibawa agar imam dapat memasukkan dupa ke dalam wiruk untuk menimbulkan kepulan asap. Setelah imam menaburkan dupa ke dalam wiruk, pembawa wiruk menutup kembali wiruk dan menyerahkannya kepada imam agar imam dapat mendupai altar dan salib, sambil ujung kasula bagian belakang dipegang oleh misdinar pembawa wiruk.
Setelah imam selesai mendupai, wiruk diberikan kembali kepada misdinar dan kemudian misdinar mendupai imam dengan aturan 2 kali ayunan wiruk ke 3 arah yakni kiri, tengah, dan kanan (duplex trictibus). Setelah selesai mendupai, misdinar kembali turun ke bawah altar.
Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.
2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.
3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Bersamaan dengan kedua orang misdinar yang mengambil lilin bernyala, dua orang misdinar lain juga mengambil wiruk dan dupa. Setelah sampai di bawah altar, keempat misdinar berlutut atau menundukkan kepala. Kemudian kedua misdinar pemegang wiruk dan dupa naik ke daerah altar sementara kedua misdinar pemegang lilin bernyala tetap di bawah altar. Pemegang wiruk membukakan wiruk bagi imam untuk mengisikan dupa. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar pemegang lilin bernyala berdiri di sisi kiri dan kanan imam, sementara pembawa wiruk dan dupa berdiri di kanan atau belakang imam, tetapi tidak terlalu dekat, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala dan pembawa wiruk serta dupa kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala beserta wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.
4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Pada saat yang bersamaan, dua orang misdinar mengambil wiruk dan dupa, kemudian turun ke bawah altar untuk berlutut atau menundukkan kepala untuk menghormati simbol Kristus. Mereka kemudian naik ke daerah altar dan menunggu sampai imam selesai menuangkan anggur dan air ke dalam cawan piala. Pembawa wiruk kemudian membukakan wiruk untuk diisikan dupa oleh imam dan kemudian menyerahkan wiruk kepada imam agar imam dapat mendupai bahan-bahan persembahan, altar, dan salib; yang pada saat imam mendupai, pemegang wiruk memegang ujung belakang kasula imam. Setelah imam selesai mendupai, wiruk dikembalikan kepada pemegang wiruk untuk kemudian mendupai imam. Setelah mendupai imam, pemegang wiruk dan pembawa dupa bergerak ke altar bagian depan, untuk mendupai umat dengan terlebih dahulu menghormat kepada umat, dengan pedoman pedupaan sama seperti bagian pembukaan Misa.
Setelah selesai mendupai umat, misdinar pembawa wiruk dan dupa turun ke bawah altar untuk berlutut atau menghormat dan kemudian mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.
5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).
6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.
7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.
8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.
9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat jeda ketika imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi, persisnya dua kali melonceng. Hal ini karena pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus ke tiga arah, akan ada pedupaan sehingga bunyi wiruk dan lonceng atau gong tidak saling bertubrukan yang hanya akan merusak keagungan Ekaristi itu sendiri.
Dengan demikian, pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus kepada umat, misdinar pemegang wiruk mendupai Tubuh dan Darah Kristus dengan aturan triplex trictibus. Aturan ini berarti mengayunkan 3 (tiga) kali wiruk untuk masing-masing arah kiri, tengah, dan kanan sehingga jika dijumlahkan akan ada 3 ayunan.
Alasan penggunaan 3 kali ayunan untuk masing-masing arah adalah kali ini misdinar mendupai Kristus sendiri yang adalah Tuhan sendiri. Hal ini berbeda dengan pengayunan wiruk 2 kali untuk masing-masing arah yang digunakan untuk menghormati simbol-simbol Kristus yang hadir dalam Misa.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.
10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa.
11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami. Namun, pada saat doa Bapa Kami dimulai, misdinar pemegang wiruk dan dupa beranjak dari tempat untuk mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya dengan terlebih dahulu hanya menundukkan kepala untuk menghormati Kristus yang hadir. Setelah mengembalikan wiruk dan dupa, mereka kembali turun ke bawah altar, bergabung dengan misdinar yang lain.
12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.
13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.
14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.
15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.
16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.
17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
Catatan : Pada perarakan pulang, hanya salib yang dibawa.
c. Misa Pekan Suci
c.1 Misa Minggu Palma
Secara garis besar, pada Misa Minggu Palma ada dua bagian yakni bagianperarakan, untuk mengenang perarakan Kristus masuk ke Yerusalem dan bagian Misa itu sendiri. Bagian perarakan biasanya dimulai di luar gedung gereja atau kapel, yakni dimulai dari awal Misa sampai ke bagian terakhir Ritus Pembuka. Sehingga pada umumnya, tugas misdinar di Misa Minggu Palma, sama seperti Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan terletak pada pendupaan daun-daun palma dan urutan perarakan ke dalam gedung gereja. Perarakan Minggu Palma ke dalam gedung gereja biasanya sebagai berikut :
1. Umat
2. Paduan suara
3. Misdinar
4. Petugas liturgi
5. Imam
Kemudian, mulai dari bagian Liturgi Sabda sampai Misa berakhir, tugas misdinar sama persis dengan tugas pada saat Misa Hari Raya.
c.2 Misa Kamis Putih
Misa Kamis Putih sering juga disebut sebagai Misa Peringatan Perjamuan Tuhan karena pada hari sebelum sengsara-Nya, Kristus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya untuk memberikan teladan kasih bagi mereka. Selain itu, Kamis Putih juga peringatan akan kelahiran Gereja sendiri karena pada saat itu Ekaristi diberikan kepada dunia oleh Kristus sendiri.
Pada Misa Kamis Putih, tugas misdinar sama dengan tugas-tugas pada Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan yang diberikan adalah membantu imam dalam ritus Pembasuhan Kaki.
Ritus ini sendiri dilakukan setelah imam memberikan homili. Para wakil umat yang menggantikan para rasul untuk dibasuh kakinya, maju ke tempat yang sudah disediakan oleh para misdinar. Kemudian, seorang misdinar membantu imam untuk melepaskan kasula dan stola, serta meletakkannya di altar. Misdinar lain bertugas menyiapkan wadah pembasuhan berisi air dan kain putih untuk mengeringkan kaki para wakil umat. Untuk bagian-bagian Misa yang lain sampai pada Misa selesai, tugas misdinar cukup merujuk pada poin (b).
Sedangkan untuk perarakan masuk dan pulang, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa salib
2. Misdinar lainnya
3. Petugas liturgi
4. Para wakil umat
5. Imam
Tambahan tugas lain adalah pada saat Perarakan Sakramen Maha Kudus. Pada bagian ini, misdinar mengenakan velum kepada imam dan memberikan dupa kepada imam untuk mengisikannya ke dalam wiruk. Pada saat perarakan, misdinar mendupai Sakramen Maha Kudus (walaupun sebenarnya, yang didupai adalah jalan di depan Sakramen Maha Kudus dengan maksud menyucikan jalan Tuhan). Pada saat imam berhenti untuk memperlihatkan Tuhan kepada umat, pendupaan dihentikan dan digantikan dengan membunyikan alat dari kayu (keprak) sebagai ganti dari lonceng. Akhir dari perarakan ditandai dengan penahtaan Sakramen Maha Kudus pada tempat yang telah disediakan (bukan tabernakel) dan pada bagian ini, Sakramen Maha Kudus didupai sekali lagi oleh imam.
c.3 Ibadat Jumat Agung
Jumat Agung adalah saat ketika Gereja Katolik mengenangkan sengsara Tuhan sendiri. Oleh karena itu, pada Jumat Agung tidak diadakan Misa karena pada hari itu Gereja mengenangkan Tuhan sendiri yang langsung mengurbankan diri di salib. Berikut tugas misdinar, mungkin ada beberapa bagian yang kurang, dalam Ibadat Jumat Agung :
1. Perarakan
2. Setelah sampai di depan altar, imam akan langsung tiarap ke lantai, tanda penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus yang pada hari itu dikenangkan telah mengurbankan diri di salib.
3. Imam kemudian memimpin ibadat dari kursi imam. Pada ibadat Jumat Agung tidak ada Liturgi Ekaristi, hanya ada pembagian Komuni sehingga tugas misdinar terbatas pada membawa lilin bernyala untuk mendampingi pembagian Komuni.
Sedangkan pada bagian Ritus Penghormatan Salib, tidak selamanya misdinar yang membawa salib yang akan dihormati oleh umat. Namun, apabila misdinar yang diminta untuk membawa salib, berikut penjelasan tugasnya.
Sebelum ritus penghormatan Salib dimulai, akan ada penghunjukan salib kepada umat yang akan berhenti di tiga titik, yang biasanya titik pintu depan gereja, titik tengah, dan di bawah altar. Setiap berhenti, misdinar mengangkat salib tinggi-tinggi untuk dibuka selubungnya oleh imam, begitu seterusnya. Namun ketika imam telah membuka semua selubung di bawah altar, misdinar harus mengangkat salib lebih tinggi dari sebelumnya saat imam membuka selubung.
c.4 Misa Sabtu Suci
Pada Misa Sabtu Suci, misdinar tetap harus berpedoman pada tata laksana tugas misdinar pada Misa Hari Raya, dengan tambahan mempelajari ritus-ritus tambahan pada Misa Sabtu Suci. Ritus-ritus tersebut adalah :
a. Ritus Cahaya
Ritus Cahaya dimasukkan dalam Ritus Pembuka dalam Misa. Imam, misdinar, dan para petugas liturgi berkumpul di luar gedung gereja atau kapel, yang sebelumnya semua cahaya baik di dalam maupun di luar gedung gereja atau kapel telah dimatikan, kecuali lampu atau lilin di tabernakel.
Imam pertama-tama akan menandai lilin Paskah yakni denganmenggariskan salib di lilin paskah, menandai lambang Alpha dan Omega, serta menancapkan 5 biji dupa ke lilin paskah.
Kemudian imam akan memberkati api yang telah disediakan untuk kemudian mengambil arang bernyala dan meletakkannya dalam wiruk.
Setelah ini, dilakukan perarakan lilin Paskah dengan tiga kali pemberhentian yang di masing-masing pemberhentian, lilin Paskah diangkat dan diserukan "Kristus, Cahaya Dunia".
b. Ritus Pembaharuan Janji Baptis
Ritus ini sama seperti pada Misa Kamis Putih.
c. Ritus Pembaptisan (opsional)
d. Misa Malam Natal
Pada dasarnya, sama seperti bagian (b), namun perbedaannya terletak pada tambahan ritus Pembaharuan Janji Baptis serta ritus-ritus lain yang bertujuan untuk menekankan pengharapan iman umat akan kelahiran Kristus, yang ditandai dengan penyalaan lilin-lilin umat.
e. Misa bersama Uskup
Pada Misa bersama Uskup, tata laksana tugas misdinar sama seperti bagian (b). Perbedaannya hanya terletak pada tambahan tugas bagi seorang misdinar untuk memegang tongkat uskup sambil mengenakan velum, dikarenakan yang dipegang adalah tanda penggembalaan umat.