welcome to my blog SILVANA SIREGAR may be useful

BIARAWATI


Biarawati

Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman ini

Biarawati (berdasarkan kata biara dengan akhiran -wati) adalah seorangperempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. Istilah ini dapat ditemui di berbagai agama seperti Katolik, Kristen Timur (Kristen Ortodoks, Ortodoks Oriental, dll), Anglikan, Jain, Lutheran, dan Buddhisme.
Biarawati dalam agama Katolik adalah perempuan yang tergabung dalam suatu tarekat atau ordo religius. Di Indonesia para biarawati biasanya dipanggil suster(Belanda: zuster, saudara perempuan). Para suster biasanya bekerja di bidang pendidikan (formal dan nonformal), kesehatan, dan pelayanan sosial di lingkungan gereja atau masyarakat umum seperti suster-suster CB, SSPS, JMJ, SMSJ, SND, PRR, dsb). Ada juga pada beberapa tarekat religius biarawati yang mengkhususkan kepada pelayanan religius melalui doa (dalam gereja Katolik dikenal dengan biara suster kontemplatif) seperti suster-suster Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD) dan Suster SSPS Adorasi Abadi.
Seperti halnya pastor, biarawati tidak menikah karena telah mengucapkan atau mendeklarasikan 3 kaul yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan dalam suatu komunitas religius.

Kaul adalah janji sukarela kepada Allah, untuk melaksanakan suatu tindakan yang lebih sempurna. Kaul merupakan dasar hidup membiara yang disahkan oleh Gereja, di mana para anggota yang terhimpun dalam suatu komunitas religius memutuskan untuk memperjuangkan kesempurnaan lewat sarana-sarana ketiga kaul religius, yakni kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan, yang diamalkan sesuai dengan peraturan.

Kaul kemiskinan

Kaul kemiskinan adalah pelepasan sukarela hak atas milik atau penggunaan milik tersebut dengan maksud untuk menyenangkan Allah. Semua harta milik dan barang-barang menjadi milik Kongregasi, atau tarekat. Manusia tidak lagi memiliki hak atas apa saja yang diberikan kepadanya, entah barang entah uang. Semua derma dan hadiah, yang barangkali diberikan kepadanya sebagai ungkapan terima kasih atau ungkapan lain apa pun, menjadi hak Kongregasi. Keutamaan Kemiskinan adalah keutamaan injili yang mendorong hati untuk melepaskan diri dari barang-barang fana; karena kaulnya, biarawan/wati terikat oleh kewajiban itu.

Kaul kemurnian

Kaul kemurnian mewajibkan manusia lepas perkawinan dan menghindari segala sesuatu yang dilarang oleh perintah keenam dan kesembilan. Setiap kesalahan melawan keutamaan kemurnian juga merupakan pelanggaran terhadap kaul kemurnian sebab di sini tidak ada perbedaan antara kaul kemurnian dan keutamaan kemurnian, tidak seperti dalam kaul kemiskinan dan kaul ketaatan.

Kaul ketaatan

Kaul Ketaatan lebih tinggi daripada dua kaul yang pertama. Sebab, kaul ketaatan adalah suatu kurban, dan ia lebih penting karena ia membangun dan menjiwai tubuh religius. Dengan kaul ketaatan biarawan/wati berjanji pada Allah untuk taat kepada para pimpinan yang sah dalam segala sesuatu yang mereka perintahkan demi peraturan. Kaul ketaatan membuat biarawan/wati bergantung kepada pimpinan atas dasar peraturan-peraturan sepanjang hayatnya dan dalam segala urusannya. Keutamaan ketaatan lebih luas daripada kaul ketaatan; keutamaan ini mencakup ketentuan dan peraturan, dan bahkan nasihat-nasihat para pimpinan. Memenuhi perintah dengan tulus dan sempurna – ini disebut ketaatan kehendak kalau kehendak mendorong budi untuk tunduk kepada nasihat pimpinan. Sehubungan dengan ini, untuk menunjang ketaatan.

Dari ketiga kaul itu juga berlaku bagi imam biarawan, misalnya : CM, CDD, SJ, SVD, OMI, MSF, OCarm, CICM, OFM Cap, dan sebagainya. Kita perlu memahami bahwa imam-imam projo (pr), dioses, bukanlah imam-imam biarawan.
Tiga kaul yang menjadi dasar kehidupan seorang biarawan-biarawati merupakan cara mewujudkan iman yang radikal sesuai nasihat Injil. Gereja berkeyakinan bahwa tiga hal itulah yang menjadi inti dari nasihat Injil yang diwartakan Yesus.

PASTOR


Pastor


Kata pastor sendiri berasal dari bahasa Latin pastōr yang berarti gembala.Pastor (juga dilafalkan Pastur) adalah sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan Gereja Kristen. Di Indonesia, sebutan ini biasanya digunakan untuk imam di lingkungan Gereja Katolik Roma, sementara di negara-negara berbahasa Inggris, biasanya di lingkungan Gereja Protestan.

Asal-usul

Penggunaan kata "pastor" berasal dari Alkitab. Dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama, digunakan kata ×š×¢×” (ra'ah) dalam bahasa Ibrani untuk "gembala". Kata ini digunakan 173 kali untuk menggambarkan tindakan memberi makan kepada domba-domba seperti dalam Kitab Kejadian 29:7 dan juga sehubungan dengan manusiaseperti dalam Yeremia 3:15, "Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian."[1]
Dalam Perjanjian Baru, kata dalam bahasa Yunani, Ï€Î¿Î¹ÎŒÎ·Îœ (poimēn) digunakan dan biasanya diterjemahkan sebagai gembala. Kata ini digunakan 18 kali dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Surat Efesus 4:11, "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar" (LAI). Yesus juga menyebut dirinya sebagai "Gembala yang Baik" dalam Yohanes 10:11.
Para penulis Perjanjian Baru tampaknya menggunakan kata pastor atau gembalasebagai sinonim untuk jabatan gereja penatua (presbuteros) atau penilik jemaat atauuskup (episkopos). Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 20:17, Rasul Paulus mengimbau para penatua gereja di Efesus untuk menyampaikan pesan terakhir kepada mereka. Dalam prosesnya, dalam Kisah Para Rasul 20:28, ia mengatakan kepada mereka bahwa Roh Kudus telah membuat mereka penilik, dan bahwa tugas mereka adalah menggembalakan gereja mereka. Petrus menggunakan bahasa yang sama dalam 1 Petrus 5:1-2, dan mengatakan bahwa para penatua di antara para pembacanya bahwa mereka pun harus "menggembalakan" kawanan domba yang dipercayakan kepada mereka, dan bertindak sebagai "enilik jemaat".
Paulus juga menyebutkan daftar persyaratan dari orang-orang yang melayani jabatan ini. Dalam 1 Timotius 3:1-7, Paul menyebutkan daftar persyaratan dari mereka yang melayani sebagai bishop (penilik jemaat). Dalam Titus 1:5-9, diberikan pula sebuah daftar yang sangat mirip, kali ini untuk para penatua, yang juga dirujuk pada 1:7 sebagai penilik jemaat.
Menurut banyak ahli, praktik pemisahan jabatan antara pastor dan bishop baru terjadi sekurang-kurangnya pada abad ke-2. Pada saat ini, seorang uskup atau penilik (jadi berbeda dengan sekelompok penilik atau penatua, yang dimiliki gereja-gereja paad abad pertama) mulai mengawasi kelompok-kelompok orang Kristen di seluruh kota, meskipun mereka berkumpul di tempat-tempat yang berbeda.[2] Pada abad ke-3 dan ke-4, para uskup dari beberapa kota yang paling penting mulai memiliki kekuasaan atas keseluruhan wilayah gereja dengan pengelompokan paroki dan keuskupan, atau eparki, dari banyak kelompok Kristen sekarang.[3]
Pastor dalam peraturan Gereja Katolik Roma dan Gereja Timur, khususnya Gereja Ortodoks, setelah ditahbiskan seumur hidupnya tidak menikah. Maksudnya supaya mengikuti tradisi Gereja dari dulu, lebih fokus dalam melayani Tuhan dan umat, dan waktu ditahbiskan jadi pastor, sudah mengikat diri dengan Tuhan (dengan bahasa lain sudah menjadi mempelai Tuhan). Di gereja-gereja Protestan, seorang Pastor diizinkan menikah.

Penggunaan dalam 

sejarah

Sekitar tahun 400 M, Agustinus, seorang uskup terkenal dari Afrika Utara, menggambarkan tugas seorang pastor:
Para pengganggu harus ditegur, mereka yang kurang bersemangat harus diberikan semangat, yang lemah harus didukung, para penentang dibantah, yang tidak dapat dipercaya harus diwaspadai, yang tidak punya kecakapan diajar, yang malas diberikan dorongan, yang suka bertengkar dikendalikan, yang sombong ditekan, yang menuntut ditenangkan, yang miskin ditolong, yang tertindas dibebaskan, yang baik dipuji, yang jahat ditanggung, dan semuanya harus dikasihi.[4]
Penggunaan sekarang☺☺
Sebutan Pastor, atau Romo, ataupun Pater, digunakan sebagai panggilan bagi imam dari Gereja Katolik, Gereja Ortodoks, dan Komuni Anglikan. Suatu paroki yang cukup besar biasanya memiliki lebih dari seorang imam. Gereja-gereja Anglikan jarang menggunakan istilah "pastor"; mereka lebih suka menggunakan istilah rektor.

Gereja Protestan

Banyak gereja Protestan di Barat menggunakan istilah pastor sebagai gelar (mis., Pastor Smith) atau sebagai sebutan pekerjaan (misalnya Pastor Senior atau Pastor Peribadatan). Sebagian gereja Protestan berpendapat bahwa sebutan imamuntuk merujuk kepada pendeta yang ditahbiskan bertentangan dengan doktrin Protestan tentang imamat am orang percaya. Karena itu, mereka sama sekali menolak penggunaan istilah imam untuk para pemimpin mereka. Denominasi-denominasi tersebut mencakup LutheranMennonitMethodistPresbyterian, gereja-gereja dari tradisi ReformasiGereja-gereja Kristus Amerika, Sidang Jemaat Allah dan Baptis.

Di Indonesia, istilah Gembala sebagai terjemahan langsung dari kata "pastor" digunakan sebagai ganti sebutan "pendeta" oleh Kerapatan Gereja Protestan Minahasa, sebuah denominasi Protestan di Sulawesi Utara.
Penggunaan istilah pastor untuk merujuk pada jabatan pemimpin di lingkungan Protestan pada masa modern berasal dari masa Yohanes Calvin dan Ulrich Zwingli. Keduanya, dan juga para Reformator tampaknya telah menghidupkan kembali istilah ini untuk menggantikan istilah imam dari kalangan Katolik dalam benak pikiran para pengikut mereka, meskipun Pastor masih dianggap terpisah dari siding penatua atau presbiter. Beberapa kelompok Protestan pada masa kini masih memandang pastorbishop (“uskup”), dan penatua sebagai istilah atau jabatan yang sinonim. Banyak dari mereka berpandangan demikian, khususnya di Barat, berasal dari kalangan Gerakan Restorasi di Amerika pada 1800-an, seperti misalnya Murid-murid Kristus dan Gereja-gereja Kristus.
Sekarang ini pastor masih memberkati umat gembalaannya di sungai Yordan, dengan cara menepuk kepala orang-orang percaya sebelum menyuruh mereka masuk ke air suci untuk dibaptiskan.[5]

BANJIR

Banjir



Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.[1] Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.

Jenis dan penyebab utama

Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal Oktober 2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra NASA menangkap citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru gelap tersebar di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.

Sungai

  • Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
  • Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.

Muara

Pantai

Malapetaka

  • Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi).

Manusia

  • Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
  • Pengelolaan tata ruang yang salah. Hal ini menyebabkan air tidak mudah terserap atau lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat meningkat atau lebih banyak yang tertahan daripada yang tersalurkan ataupun yang terserap.

Lumpur

  • Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.

Lainnya

  • Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
  • Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
  • Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak

Banjir Mediterania di Alicante (Spanyol), 1997.

Dampak primer

Dampak sekunder

  • Persediaan airKontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
  • Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
  • Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.[4] Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
  • Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.[5]
  • Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

  • Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

MISDINAR




A.PENGERTIAN MISDINAR
Putra altar atau misdinar (yang berarti 'asisten misa' dari Bahasa  Belanda Misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi.
Pada awal mulanya seorang Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoran sebelum menjadi imam. Umumnya, misdinar itu laki-laki.Akan tetapi Putra Altar akan disebut "Misdinar" bila keputusan gereja untuk memperbolehkan perempuan sebagai Putera Altar. Bila tidak boleh maka dalam gereja tersebut akan dipanggil "Putri Altar" yang bertugas dalam bacaan-bacaan.
Tugas misdinar antara lain membantu Imam, mengantar persembahan, menuangkan air putih dan anggur serta membawa air cuci tangan Imam, dan menjadi panutan umat. Per periodenya (setiap gereja berbeda-beda), akan masuk para Misdinar baru, tentu saja melalui seleksi dan latihan/training dari senior angkatan sebelumnya (beberapa gereja memiliki pengurus misdinar yang membimbing para calon misdinar). Misdinar juga bertujuan selain membantu dalam perayaan ekaristi juga untuk memperkuat iman pribadi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pribadi seperti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), Retret, Out Bond, dan tidak Lupa Wisata Rohani. Tentu saja organisasi Misdinar tidak kalah maju dan pentingnya bagi anak anda dalam pengembangan iman Katolik.
Prahsyarat untuk menjadi misdinar:
  • Beragama Katolik
  • Sudah menerima Komuni Pertama (di beberapa paroki min. kelas 1 SMP)
  • Maximum usia 21 tahun (di beberapa paroki max. kelas 12 SMA)
  • Tidak ada unsur paksaan
  • Rajin dan setia dalam bertugas
  • Mengetahui prosedur Perayaan Ekaristi
  • Mengetahui peralatan Ekaristi (antara lain lilin, sibori, korporal, kaliks/piala, turibulum/pendupaan, vandel,ampul dan lain-lain) yang akan diajarkan saat pelatihan Misdinar baru.
  • usia lanjut dapat juga bertugas sebagai pelatih atau pembimbing misdinar
  • belum menikah

TATA CARA DAN BUSANA

a. Misa Biasa (Misa Harian, Misa Minggu Biasa, Misa Minggu dalam Oktaf Paskah dan Natal)

1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar. Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
      1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
      1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
            penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.

2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.

3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar berdiri di sisi kiri dan kanan imam, tetapi tidak terlalu dekat, dengan memegang lilin bernyala, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.

4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.

5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).

6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.

7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
    Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.

8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
    Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.

9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi.
Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.

10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa. 

11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami.

12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.

13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.

14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.

15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.

16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.

17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.

b. Misa Hari Raya (Pesta, Peringatan, Minggu Paskah dan Natal)

1. Perarakan diawali dengan para misdinar, diikuti para petugas liturgi, dan kemudian imam. Urutan perarakan dari depan ke belakang :
Misdinar pembawa wiruk - misdinar pembawa dupa - misdinar pembawa salib - misdinar pembawa lilin bernyala - petugas liturgi - prodiakon (jika ada) - imam.
Setelah sampai di depan altar, para misdinar bergerak menyamping sehingga memberikan ruang kosong di tengah bagi imam. Setelah imam sampai di depan altar, seluruh petugas Misa berlutut, kecuali pembawa salib (jika di belakang altar terdapat tabernakel) atau hanya menundukkan kepala (jika di belakang altar tidak terdapat tabernakel). Kemudian imam naik ke altar dan mencium altar.
Setelah imam mencium altar, misdinar pembawa wiruk dan dupa naik ke daerah altar. Pembawa wiruk membuka wiruk setinggi dada dan pembawa dupa membukakan tempat dupa yang dibawa agar imam dapat memasukkan dupa ke dalam wiruk untuk menimbulkan kepulan asap. Setelah imam menaburkan dupa ke dalam wiruk, pembawa wiruk menutup kembali wiruk dan menyerahkannya kepada imam agar imam dapat mendupai altar dan salib, sambil ujung kasula bagian belakang dipegang oleh misdinar pembawa wiruk.
Setelah imam selesai mendupai, wiruk diberikan kembali kepada misdinar dan kemudian misdinar mendupai imam dengan aturan 2 kali ayunan wiruk ke 3 arah yakni kiri, tengah, dan kanan (duplex trictibus). Setelah selesai mendupai, misdinar kembali turun ke bawah altar.
Setelah itu, para misdinar dan petugas liturgi menuju tempat duduk masing-masing dengan tetap berdiri.
Sikap tubuh :
      1.1 Mengatupkan tangan sepanjang perarakan dan sampai ke tempat duduk.
      1.2 Pada saat imam mencium altar, para misdinar tidak perlu menundukkan kepala karena sejatinya
            penciuman altar adalah tanda penghormatan imam kepada altar sebagai simbol Kristus.

2. Setelah imam selesai mendaraskan Doa Pembukaan, imam akan kembali ke tempat duduk. Misdinar menunggu imam sampai ke tempat duduk sambil berdiri, dan sebelum imam duduk, para misdinar yang duduk di sisi imam mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit oleh badan imam saat duduk.
Sikap tubuh :
Tetap fokus pada tugas dengan tidak berbicara dan melirik.

3. Pada saat Bait Pengantar Injil, dua orang misdinar mengambil lilin bernyala kemudian turun ke bawah altar. Bersamaan dengan kedua orang misdinar yang mengambil lilin bernyala, dua orang misdinar lain juga mengambil wiruk dan dupa. Setelah sampai di bawah altar, keempat misdinar berlutut atau menundukkan kepala. Kemudian kedua misdinar pemegang wiruk dan dupa naik ke daerah altar sementara kedua misdinar pemegang lilin bernyala tetap di bawah altar. Pemegang wiruk membukakan wiruk bagi imam untuk mengisikan dupa. Setelah Bait Pengantar Injil selesai didaraskan dan imam sampai ke mimbar, para misdinar pemegang lilin bernyala berdiri di sisi kiri dan kanan imam, sementara pembawa wiruk dan dupa berdiri di kanan atau belakang imam, tetapi tidak terlalu dekat, selama imam membacakan Injil. Setelah imam membacakan Injil, para misdinar pemegang lilin bernyala dan pembawa wiruk serta dupa kembali turun ke bawah altar dan kemudian mengembalikan lilin bernyala beserta wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap turun ke bawah altar, yang di belakangnya terdapat tabernakel, semua misdinar harus berlutut. Jika di belakangnya tidak terdapat tabernakel, maka cukup dengan menundukkan kepala.

4. Setelah Doa umat selesai, Misa masuk pada bagian Persiapan Persembahan. Selagi persembahan berjalan atau lagu persembahan dilantunkan, para misdinar, berdasarkan pembagian tugas yang telah disepakati, mengantarkan materi-materi Ekaristi kepada imam antara lain, 1 set piala, sibori, ampul, dan lavabo.
Pada saat yang bersamaan, dua orang misdinar mengambil wiruk dan dupa, kemudian turun ke bawah altar untuk berlutut atau menundukkan kepala untuk menghormati simbol Kristus. Mereka kemudian naik ke daerah altar dan menunggu sampai imam selesai menuangkan anggur dan air ke dalam cawan piala. Pembawa wiruk kemudian membukakan wiruk untuk diisikan dupa oleh imam dan kemudian menyerahkan wiruk kepada imam agar imam dapat mendupai bahan-bahan persembahan, altar, dan salib; yang pada saat imam mendupai, pemegang wiruk memegang ujung belakang kasula imam. Setelah imam selesai mendupai, wiruk dikembalikan kepada pemegang wiruk untuk kemudian mendupai imam. Setelah mendupai imam, pemegang wiruk dan pembawa dupa bergerak ke altar bagian depan, untuk mendupai umat dengan terlebih dahulu menghormat kepada umatdengan pedoman pedupaan sama seperti bagian pembukaan Misa.
Setelah selesai mendupai umat, misdinar pembawa wiruk dan dupa turun ke bawah altar untuk berlutut atau menghormat dan kemudian mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya.
Sikap tubuh :
Setiap kali mengantarkan materi Ekaristi kepada imam, misdinar haruslah berjalan beriringan (jika lebih dari 1 misdinar). Setelah sampai di depan imam, misdinar menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas bawah leher. Misdinar yang berada di sebelah kanan pertama kali menyerahkan materi Ekaristi yang dibawanya, kemudian diikuti misdinar kedua. Setelah memberikan materi yang dibawa, para misdinar kembali menghormati imam dengan menundukkan kepala sebatas leher dan kemudian membalikkan tubuh ke arah kanan dengan perlahan dan kembali untuk mengambil materi Ekaristi yang lain atau jika sudah selesai diberikan, kembali ke tempat duduk masing-masing.

5. Berdiri di tempat duduk masing-masing pada saat imam mendaraskan Prefasi (ditandai dengan kata-kata "Tuhan sertamu." dari imam).

6. Bergerak ke posisi lonceng ditempatkan pada saat lagu Kudus dinyanyikan. Jika lonceng ditempatkan di bawah altar, maka tetap harus tunduk atau berlutut di bawah altar.

7. Berlutut pada saat memasuki Doa Syukur Agung.
    Sikap tubuh : Tangan tetap terkatup dan pandangan kepada imam.

8. Membunyikan lonceng pertama kali pada saat imam mengatakan :
    Sudilah mengutus Roh-Mu menyucikan persembahan ini, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Lonceng dibunyikan satu kali dari awal sampai imam selesai mendaraskan doa ini atau cukup dengan satu kali melonceng singkat.

9. Membunyikan lonceng atau gong pada saat jeda ketika imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus usai mengucapkan kata-kata konsekrasi, persisnya dua kali melonceng. Hal ini karena pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus ke tiga arah, akan ada pedupaan sehingga bunyi wiruk dan lonceng atau gong tidak saling bertubrukan yang hanya akan merusak keagungan Ekaristi itu sendiri.
Dengan demikian, pada saat imam mempertunjukkan Tubuh dan Darah Kristus kepada umat, misdinar pemegang wiruk mendupai Tubuh dan Darah Kristus dengan aturan triplex trictibus. Aturan ini berarti mengayunkan 3 (tiga) kali wiruk untuk masing-masing arah kiri, tengah, dan kanan sehingga jika dijumlahkan akan ada 3 ayunan.
Alasan penggunaan 3 kali ayunan untuk masing-masing arah adalah kali ini misdinar mendupai Kristus sendiri yang adalah Tuhan sendiri. Hal ini berbeda dengan pengayunan wiruk 2 kali untuk masing-masing arah yang digunakan untuk menghormati simbol-simbol Kristus yang hadir dalam Misa.

Sikap tubuh :
Misdinar melonceng atau membunyikan gong tiga kali. Jika menggunakan lonceng, lonceng dibunyikan singkat tapi terdengar jelas. Jika menggunakan gong, usahakan gong bergaung jelas dan jangan sekali-kali menahan gong setelah dipegang dengan maksud agar bunyi gong langsung berhenti, namun justru harus dibiarkan karena ini akan menambah keagungan trans-substantiasi Ekaristi. Baik lonceng atau gong, dibunyikan tiga kali persis pada saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus dan mengarahkannya ke pada umat yakni ke arah kiri, ke arah tengah, dan ke arah kanan.
Pada bagian ini, misdinar yang tidak mendapatkan tugas apa-apa, menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang dipertunjukkan imam dengan mengatupkan tangan, mengangkatnya sebatas dahi sambil memandang Tubuh dan Darah Kristus.

10. Membunyikan lonceng panjang sekali lagi pada saat imam menutup Doa Syukur Agung dengan doa :
Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang Maha Kuasa, segala hormat dan kemuliaan, kini dan sepanjang segala masa. 

11. Setelah Doa Syukur Agung selesai, imam mengajak seluruh umat mendoakan Bapa Kami. Misdinar dan seluruh umat beserta petugas liturgi berdiri di tempat masing-masing dan sambil menengadahkan tangan sebatas pinggang dan selebar bahu, mendoakan atau mendaraskan doa Bapa Kami. Namun, pada saat doa Bapa Kami dimulai, misdinar pemegang wiruk dan dupa beranjak dari tempat untuk mengembalikan wiruk dan dupa ke tempatnya dengan terlebih dahulu hanya menundukkan kepala untuk menghormati Kristus yang hadir. Setelah mengembalikan wiruk dan dupa, mereka kembali turun ke bawah altar, bergabung dengan misdinar yang lain.

12. Jika diperkenankan, setelah Doa Bapa Kami, seluruh umat, imam, petugas liturgi, dan misdinar saling memberikan Salam Damai. Jangan pernah sekali-kali takut untuk beranjak dari tempat dan menghampiri umat untuk memberikan Salam Damai dan serta-merta mengucapkan Damai Kristus dengan langsung menatap mata dari memberikan senyuman.

13. Kemudian pada bagian Anak Domba Allah, seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut di tempat masing-masing. Pada saat mendoakan atau menyanyikan Anak Domba Allah, ada baiknya menepuk dada 3 (tiga) kali pada saat mengatakan/menyanyikan kasihanilah kami dan berilah kami damai.

14. Setelah menyatakan ketidakpantasan menerima Tubuh Kristus, misdinar berdoa di tempat membunyikan lonceng sambil berlutut untuk mempersiapkan diri menerima Tubuh Kristus. Setelah semua misdinar yang bertugas selesai berdoa, misdinar langsung menuju ke barisan penerima komuni paling depan atau bisa juga dengan cukup berdiri di tempat membunyikan lonceng.

15. Setelah misdinar menerima komuni, segera bergegas mengambil lilin bernyala untuk mendampingi Tubuh (dan Darah) Kristus yang sedang dibagikan.

16. Setelah pembagian komuni selesai, berdasarkan pembagian tugas, misdinar kembali menghampiri imam dengan terlebih dahulu menghormati imam dengan menundukkan kepala, untuk mengambil kembali alat-alat Misa yakni 1 set piala dan sibori. Setelah itu, misdinar kembali ke tempat duduk masing-masing.
Catatan : Setiap kali imam akan duduk, misdinar yang berada di sisi kiri dan kanan imam haruslah mengangkat kasula imam agar tidak terhimpit pada saat imam duduk.

17. Setelah pengumuman selesai dibacakan, para misdinar bergerak ke bawah altar untuk mempersiapkan perarakan pulang. Jika tidak ada pengumuman, maka misdinar turun ke bawah altar setelah membereskan alat-alat Misa usai Komuni. Misdinar tetap berdiri pada saat imam memberikan berkat pengutusan. Setelah imam turun, imam bersama-sama dengan seluruh umat, petugas liturgi, dan misdinar berlutut atau menundukkan kepala dan setelah itu berarak kembali ke sakristi.
Catatan : Pada perarakan pulang, hanya salib yang dibawa.


c. Misa Pekan Suci
    c.1 Misa Minggu Palma
      Secara garis besar, pada Misa Minggu Palma ada dua bagian yakni bagianperarakan, untuk mengenang perarakan Kristus masuk ke Yerusalem dan bagian Misa itu sendiri. Bagian perarakan biasanya dimulai di luar gedung gereja atau kapel, yakni dimulai dari awal Misa sampai ke bagian terakhir Ritus Pembuka. Sehingga pada umumnya, tugas misdinar di Misa Minggu Palma, sama seperti Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan terletak pada pendupaan daun-daun palma dan urutan perarakan ke dalam gedung gereja. Perarakan Minggu Palma ke dalam gedung gereja biasanya sebagai berikut :
1. Umat
2. Paduan suara
3. Misdinar
4. Petugas liturgi
5. Imam
Kemudian, mulai dari bagian Liturgi Sabda sampai Misa berakhir, tugas misdinar sama persis dengan tugas pada saat Misa Hari Raya.

    c.2 Misa Kamis Putih
      Misa Kamis Putih sering juga disebut sebagai Misa Peringatan Perjamuan Tuhan karena pada hari sebelum sengsara-Nya, Kristus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya untuk memberikan teladan kasih bagi mereka. Selain itu, Kamis Putih juga peringatan akan kelahiran Gereja sendiri karena pada saat itu Ekaristi diberikan kepada dunia oleh Kristus sendiri.
Pada Misa Kamis Putih, tugas misdinar sama dengan tugas-tugas pada Misa Hari Raya lainnya. Tugas tambahan yang diberikan adalah membantu imam dalam ritus Pembasuhan Kaki.
Ritus ini sendiri dilakukan setelah imam memberikan homili. Para wakil umat yang menggantikan para rasul untuk dibasuh kakinya, maju ke tempat yang sudah disediakan oleh para misdinar. Kemudian, seorang misdinar membantu imam untuk melepaskan kasula dan stola, serta meletakkannya di altar. Misdinar lain bertugas menyiapkan wadah pembasuhan berisi air dan kain putih untuk mengeringkan kaki para wakil umat. Untuk bagian-bagian Misa yang lain sampai pada Misa selesai, tugas misdinar cukup merujuk pada poin (b).
Sedangkan untuk perarakan masuk dan pulang, urutannya adalah sebagai berikut :
1. Misdinar pembawa salib
2. Misdinar lainnya
3. Petugas liturgi
4. Para wakil umat
5. Imam
Tambahan tugas lain adalah pada saat Perarakan Sakramen Maha Kudus. Pada bagian ini, misdinar mengenakan velum kepada imam dan memberikan dupa kepada imam untuk mengisikannya ke dalam wiruk. Pada saat perarakan, misdinar mendupai Sakramen Maha Kudus (walaupun sebenarnya, yang didupai adalah jalan di depan Sakramen Maha Kudus dengan maksud menyucikan jalan Tuhan). Pada saat imam berhenti untuk memperlihatkan Tuhan kepada umat, pendupaan dihentikan dan digantikan dengan membunyikan alat dari kayu (keprak) sebagai ganti dari lonceng. Akhir dari perarakan ditandai dengan penahtaan Sakramen Maha Kudus pada tempat yang telah disediakan (bukan tabernakel) dan pada bagian ini, Sakramen Maha Kudus didupai sekali lagi oleh imam.

    c.3 Ibadat Jumat Agung
         Jumat Agung adalah saat ketika Gereja Katolik mengenangkan sengsara Tuhan sendiri. Oleh karena itu, pada Jumat Agung tidak diadakan Misa karena pada hari itu Gereja mengenangkan Tuhan sendiri yang langsung mengurbankan diri di salib. Berikut tugas misdinar, mungkin ada beberapa bagian yang kurang, dalam Ibadat Jumat Agung :
1. Perarakan
2. Setelah sampai di depan altar, imam akan langsung tiarap ke lantai, tanda penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus yang pada hari itu dikenangkan telah mengurbankan diri di salib.
3. Imam kemudian memimpin ibadat dari kursi imam. Pada ibadat Jumat Agung tidak ada Liturgi Ekaristi, hanya ada pembagian Komuni sehingga tugas misdinar terbatas pada membawa lilin bernyala untuk mendampingi pembagian Komuni.
Sedangkan pada bagian Ritus Penghormatan Salib, tidak selamanya misdinar yang membawa salib yang akan dihormati oleh umat. Namun, apabila misdinar yang diminta untuk membawa salib, berikut penjelasan tugasnya.
Sebelum ritus penghormatan Salib dimulai, akan ada penghunjukan salib kepada umat yang akan berhenti di tiga titik, yang biasanya titik pintu depan gereja, titik tengah, dan di bawah altar. Setiap berhenti, misdinar mengangkat salib tinggi-tinggi untuk dibuka selubungnya oleh imam, begitu seterusnya. Namun ketika imam telah membuka semua selubung di bawah altar, misdinar harus mengangkat salib lebih tinggi dari sebelumnya saat imam membuka selubung.

    c.4 Misa Sabtu Suci
          Pada Misa Sabtu Suci, misdinar tetap harus berpedoman pada tata laksana tugas misdinar pada Misa Hari Raya, dengan tambahan mempelajari ritus-ritus tambahan pada Misa Sabtu Suci. Ritus-ritus tersebut adalah :
a. Ritus Cahaya
    Ritus Cahaya dimasukkan dalam Ritus Pembuka dalam Misa. Imam, misdinar, dan para petugas liturgi berkumpul di luar gedung gereja atau kapel, yang sebelumnya semua cahaya baik di dalam maupun di luar gedung gereja atau kapel telah dimatikan, kecuali lampu atau lilin di tabernakel.
Imam pertama-tama akan menandai lilin Paskah yakni denganmenggariskan salib di lilin paskah, menandai lambang Alpha dan Omega, serta menancapkan 5 biji dupa ke lilin paskah. 
Kemudian imam akan memberkati api yang telah disediakan untuk kemudian mengambil arang bernyala dan meletakkannya dalam wiruk.
Setelah ini, dilakukan perarakan lilin Paskah dengan tiga kali pemberhentian yang di masing-masing pemberhentian, lilin Paskah diangkat dan diserukan "Kristus, Cahaya Dunia".

b. Ritus Pembaharuan Janji Baptis
    Ritus ini sama seperti pada Misa Kamis Putih.

c. Ritus Pembaptisan (opsional)
    
d. Misa Malam Natal
    Pada dasarnya, sama seperti bagian (b), namun perbedaannya terletak pada tambahan ritus Pembaharuan Janji Baptis serta ritus-ritus lain yang bertujuan untuk menekankan pengharapan iman umat akan kelahiran Kristus, yang ditandai dengan penyalaan lilin-lilin umat.
e. Misa bersama Uskup
     Pada Misa bersama Uskup, tata laksana tugas misdinar sama seperti bagian (b). Perbedaannya hanya terletak pada tambahan tugas bagi seorang misdinar untuk memegang tongkat uskup sambil mengenakan velum, dikarenakan yang dipegang adalah tanda penggembalaan umat.

Sampah



A.Pengertian Sampah


Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :

1.Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

2.Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya. 

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar. 

B.Jenis-jenis Sampah

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampahninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1.Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2.Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( refuse) karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya. 

Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan yaitu:
a. Dampak terhadap kesehatan 

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

-Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

-Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

-Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.


b. Dampak terhadap lingkungan 

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

-Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).

-Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.


Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).

-Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.

-Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.

-Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan. 

Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di perlukan upaya untukmengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (darihulu) adalah menerapkan prinsip 3R.

C.Teknik Pengolahan Sampah

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat.
Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan. Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

bagaimana pendapat anda mengenai blog saya?

Pages